Internasional
Prabowo Teken Perjanjian Perdamaian Gaza 2025 di KTT Sharm El-Sheikh
Sharm El-Sheikh, Mesir | mantiknews.com — Udara pesisir Laut Merah terasa sejuk pagi itu, namun suasana di International Congress Centre, Sharm El-Sheikh, terasa hangat oleh pertemuan bersejarah para pemimpin dunia. Di antara deretan kepala negara yang tiba satu per satu, sosok Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tampak menjejakkan langkah dengan mantap, membawa pesan damai dari bangsa yang sejak awal berdiri atas semangat kemanusiaan dan keadilan.
Presiden Prabowo datang untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh, sebuah forum internasional yang menjadi titik balik upaya dunia menghentikan perang di Gaza. Forum ini dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia — dari Amerika Serikat, Prancis, Turki, Qatar, hingga Uni Emirat Arab — yang bersama-sama menandatangani Perjanjian Perdamaian Gaza 2025, simbol dari harapan baru di Timur Tengah.
Setibanya di lokasi acara, Presiden Prabowo disambut langsung oleh Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi. Kedua pemimpin berjabat tangan erat dan bertukar senyum, menandai hubungan diplomatik yang telah lama terjalin erat antara Indonesia dan Mesir — dua negara yang sama-sama memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan.
Di ruang tunggu utama, Presiden Prabowo berinteraksi dengan sejumlah pemimpin dunia dalam suasana hangat dan penuh semangat. Dalam momen informal itu, terlihat jelas karakter diplomasi yang melekat pada dirinya: lugas, bersahabat, dan berpijak pada kepentingan kemanusiaan.
Senyumnya tulus, bahasanya sederhana namun tegas. Beberapa pemimpin dunia tampak menyimak serius pandangannya tentang pentingnya “keadilan sebelum perdamaian.”
“Indonesia selalu berdiri untuk kemanusiaan. Perdamaian sejati hanya bisa tumbuh di atas dasar keadilan,” ujar Prabowo kepada salah satu delegasi Timur Tengah, sebagaimana dikutip dari sumber resmi Istana.
Sesi foto bersama menjadi momen penuh makna. Presiden Prabowo berdiri di barisan depan, diapit oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Wakil Presiden Uni Emirat Arab Syekh Mansour bin Zayed Al Nahyan. Formasi itu seolah menyimbolkan posisi strategis Indonesia — negara yang bukan kekuatan militer besar, tetapi dihormati karena konsistensinya dalam memperjuangkan nilai kemanusiaan.
Sebelum sesi utama dimulai, setiap pemimpin negara berfoto berdua dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang bertindak sebagai Co-Chair KTT Perdamaian. Dalam momen singkat itu, Prabowo tampak berbincang ringan dengan Trump. Dua tokoh dengan latar belakang militer dan politik berbeda itu memperlihatkan kedekatan diplomatik yang berorientasi pada kerja sama, bukan konfrontasi.
“Hubungan internasional bukan hanya soal kepentingan politik, tetapi soal kemanusiaan,” ujar seorang diplomat senior Indonesia di sela-sela pertemuan.
Ruang utama kemudian menjadi saksi sejarah. Di hadapan para pemimpin dunia, dokumen perdamaian ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani.
Presiden Prabowo, yang duduk bersebelahan dengan Emmanuel Macron, menyaksikan langsung penandatanganan itu — sebuah momentum yang kelak tercatat sebagai tonggak diplomasi dunia tahun 2025.
Bagi Indonesia, kehadiran dalam forum bersejarah ini bukan sekadar diplomasi simbolik, melainkan penegasan bahwa bangsa ini tetap memegang teguh amanat konstitusi: ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Partisipasi aktif Presiden Prabowo dalam KTT ini mempertegas peran strategis Indonesia sebagai jembatan perdamaian global. Dalam berbagai forum internasional, Prabowo selalu menekankan bahwa dunia membutuhkan pendekatan baru — diplomasi yang berpihak kepada kemanusiaan, bukan kekuasaan.
Kehadiran Indonesia di Sharm El-Sheikh menjadi penanda babak baru diplomasi luar negeri nasional: dari sekadar penonton konflik global, menjadi pelaku aktif dalam menciptakan solusi perdamaian.
“Kita tidak mencari pengaruh, kita mencari perdamaian. Karena itulah cita-cita bangsa Indonesia,” ujar Prabowo dalam salah satu pernyataannya di sela forum.
Forum KTT Sharm El-Sheikh bukan hanya mempertemukan pemimpin dunia, tetapi juga menyatukan visi kemanusiaan lintas benua. Di tengah dinamika geopolitik global, suara Indonesia kembali menggema: tenang namun tegas, sederhana namun bermakna.
Dan di antara riuh tepuk tangan setelah penandatanganan, dunia melihat satu hal yang pasti — bahwa diplomasi Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sedang menulis babak baru dalam sejarah perdamaian dunia.