Jakarta | mantiknews.com – Dosen Institut Pertanian STIPER Yogyakarta, Dr. Siti Maimunah, mendorong sivitas akademika untuk berpikir terbuka dan positif terhadap kehadiran TNI dalam aktivitas kampus.
Menurutnya, kehadiran TNI tidak perlu dipandang sebagai ancaman terhadap kebebasan akademik, melainkan sebagai bagian dari upaya membangun karakter disiplin dan nasionalisme mahasiswa.
“Kami di Instiper Yogyakarta sudah biasa melibatkan TNI dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti orientasi kampus atau Okkabun, apalagi sebagai calon planter dan forester handal yang akan terjun langsung di lapangan, mahasiswa wajib memiliki kedisiplinan dan daya tahan mental seperti yang dilatih oleh TNI”, katanya dalam keterangan tertulis.
Siti juga menjelaskan, keterlibatan TNI di Instiper tidak hanya dalam kegiatan non-akademik, melainkan juga di bidang akademik, seperti pengajaran mata kuliah Kewiraan dan Kewarganegaraan.
“Ini sesuatu yang wajar. Karena membangun wawasan kebangsaan dan karakter kepemimpinan perlu pendekatan langsung dari praktisi pertahanan negara,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kehadiran TNI di lingkungan kampus bukan untuk membatasi ruang gerak atau kebebasan berpendapat, melainkan justru memperkuat ketahanan intelektual.
“Kampus sebagai pusat ilmu pengetahuan harus tetap waspada terhadap potensi infiltrasi ideologi yang merongrong persatuan bangsa. Kehadiran TNI dapat membantu menjaga kampus dari ancaman seperti terorisme atau separatisme yang mengatasnamakan kebebasan intelektual,” tandasnya.
Menurut Siti, model pembinaan karakter berbasis kedisiplinan militer telah terbukti bermanfaat, apalagi bagi mahasiswa yang kelak akan bekerja di sektor strategis seperti perkebunan besar.
“Banyak perusahaan besar sektor perkebunan bahkan mensyaratkan mahasiswa penerima beasiswa untuk mengikuti program-program pembinaan kedisiplinan”, tegasnya.
Akademisi Perempuan berprestasi yang menggeluti riset hutan ini mendapatkan penghargaan Green Award dari USAID IFACS 2014 dan pada 2017 serta 2019 menerima penghargaan Kalpataru dari KLHK dan 2019 juga dapat penghargaan Champion asia pacific forest dari FAO, memandang agar sivitas akademika lebih terbuka dan objektif terhadap kehadiran TNI di Kampus guna bangun sinergitas semakin kuat.
“Sudut pandang kita seharusnya lebih objektif. Tidak semua keterlibatan unsur TNI di kampus perlu dicurigai. Yang penting, tetap ada ruang dialog, kritisisme, dan kemerdekaan berpikir serta paling penting banyak sinergi yang dapat dibangun untuk pembangunan bangsa yang lebih kokoh”, tutupnya.