Scroll untuk baca artikel
BERITABisnisDuniaFinansialInternasionalPemerintahanPOLITIK

Tarif 10% Trump Kontroversial: Australia Menyikapi Kebijakan Perdagangan Global

20
×

Tarif 10% Trump Kontroversial: Australia Menyikapi Kebijakan Perdagangan Global

Sebarkan artikel ini

Jakarta | mantiknews.com – Australia kini dikenakan tarif 10% pada semua ekspor ke AS, seiring dengan pengumuman rezim baru perdagangan global oleh Donald Trump. Trump mengklaim bahwa “hambatan perdagangan,” seperti undang-undang biosekuriti Australia—termasuk larangan impor daging sapi AS—menjadi alasan bagi apa yang dia sebut sebagai “tarif timbal balik.”

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyebut langkah ini “sama sekali tidak perlu,” namun ia menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan memberlakukan tarifnya sendiri—yang juga dikenal sebagai pajak impor—sebagai balasan.

Tarif 10% yang diterapkan pada Australia merupakan “pengukuran dasar,” sedangkan tarif paling berat—hingga 49%—digunakan terhadap negara-negara seperti Tiongkok, Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. “Presiden Trump mengacu pada tarif timbal balik. Tarif timbal balik seharusnya nol, bukan 10%,” kata Albanese dalam konferensi pers pada hari Kamis. “Tarif yang diterapkan oleh pemerintah tidak memiliki dasar logika dan bertentangan dengan kemitraan antara kedua negara. Ini bukan tindakan dari seorang teman,” tambahnya. Australia sudah menganggap Amerika adalah teman baik.

Kebijakan perdagangan baru Trump datang di tengah kampanye pemilihan Australia, di mana biaya hidup menjadi isu utama pemilih. Pemimpin oposisi Peter Dutton menyatakan bahwa tarif tersebut adalah “hari buruk” bagi Australia dan akan menjadi “beban signifikan” bagi lapangan kerja di seluruh negeri. Ia juga menyoroti bahwa tarif baru merupakan cerminan dari hubungan Albanese dengan Trump—di mana perdana menteri berusaha mengorganisir panggilan telepon dengan Trump sebelum keputusan ini.

“Saya rasa perdana menteri tidak memiliki kekuatan atau kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak dapat diterima bagi rakyat,” kata Dutton.

Langkah baru ini datang hanya beberapa minggu setelah Trump memberlakukan tarif 25% pada impor baja dan aluminium Australia. Namun, perdana menteri menegaskan Australia tidak akan membalas barang-barang AS. “Kami tidak akan ikut dalam perlombaan menuju penurunan yang menyebabkan harga lebih tinggi dan pertumbuhan lebih lambat,” ujarnya.

Tetapi, ia memperingatkan bahwa tarif ini akan berdampak pada pandangan warga Australia terhadap hubungan dengan AS, dan negara tersebut akan menggunakan mekanisme penyelesaian sengketa formal yang terdapat dalam perjanjian perdagangan bebas dengan AS jika diperlukan. Dilansir dari BBC

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *